Senin, 14 November 2011

Permasalahan lingkungan dan Solusinya


Pencemaran Udara dari Pembakaran Sampah

            Selain dari asap kendaraan dan pembakaran hutan, di Pekanbaru pencemaran udara juga banyak terjadi yang berasal dari pembakaran sampah. Pembakaran sampah ini terjadi secara tidak teratur, terutama banyak orang membakar sampah pada sore sampai malam hari. Pada hal, pada malam hari tumbuhan tidak dapat mengambil gas CO2 yang dihasilkan dari pembakaran sampah. Sehingga asap sampah itu berterbangan dan mengumpul di udara yang dapat menyebabkan pencemaran udara.
Pemanasan Global merupakan fenomena meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Penyebab pemanasan global diantaranya oleh Greenhoouse Effect atau yang dikenal dengan efek rumah kaca. Terjadinya efek  rumah kaca ini disebabkan oleh naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Dan kenaikan konsentrasi gas CO2 disebabkan karena adanya kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Untuk istilah efek rumah kaca, diambil dari cara tanam yang digunakan para petani di daerah iklim sedang (negara yang memiliki empat musim). Para petani biasa menanam sayuran atau bunga di dalam rumah kaca untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat. Kenapa menggunakan kaca/bahan yang bening? Karena sifat materinya yang dapat tertembus sinar matahari. Dari sinar yang masuk tersebut, akan dipantulkan kembali oleh benda/permukaan dalam rumah kaca, ketika dipantulkan sinar itu berubah menjadi energi panas yang berupa sinar inframerah, selanjutnya energi panas tersebut terperangkap dalam rumah kaca. Demikian pula halnya salah satu fungsi atmosfer bumi kita seperti rumah kaca tersebut.
Selain itu, pemanasan global juga dapat mengacu pada fenomena perubahan iklim yang pada gilirannya menjadi biang terjadinya bencana lingkungan dari skala paling kecil hingga bencana lingkungan dahsyat yang berpotensi meluluhlantakkan kehidupan di bumi. Bencana disini dapat dirasakan mulai dari badai yang dari tahun ke tahun semakin ganas, iklim yang tidak stabil, temperatur yang meningkat, kenaikan air muka laut, mencairnya es di kutub, banjir dan sebagainya.
Bencana banjir seperti yang kita ketahui dan masih menjadi ancaman terus menerus di seluruh Indonesia, disebabkan salah satunya oleh perubahan iklim sebagai dampak pemanasan global. Fenomena ini belum kita sikapi secara bijak dalam bentuk bersahabat dengan alam, mulai paling yang sederhana membuang sampah pada tempatnya. Masih banyak ditemui sampah bertumpukan diselokan-selokan dan sungai–sungai menambah terhambatnya aliran air permukaan. Belum lagi, masalah-masalah besar seperti penggundulan hutan, penggalian yang berlebihan terhadap sumber daya alam di bumi dan berbagai bentuk perusakan lingkungan lainnya.
Berdasarkan data the Intergovermental panel on climate change (IPCC) disebutkan, terdapat bukti baru dan kuat dari hasil pengamatan sema lima puluh tahun terakhir bahwa pemanasan global disebabkan oleh ulah tangan dan kegiatan manusia. Laporan ini memprediksi terjadinya peningkatan suhu global antara 1,4 hingga 5,5 derajat celcius pada abad ini, tergantung pada jumlah bahan bakar fosil yang kita bakar serta kepekaan sistem iklim. Pada dasarnya, perubahan iklim juga disumbang dari meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer sehingga menyebabkan pemanasan bumi yang antara lain, disebabkan kegiatan manusia dari berbagai sektor seperti energi, kehutanan, pertanian dan peternakan serta sampah.
Hati-hati Dengan Sampah
Laporan yang sama juga menyebut bahwa sampah mempunyai kontribusi besar terhadap meningkatnya emisi gas rumah kaca.Apa pasal? penumpukan sampah tanpa diolah akan melepaskan gas metana (CH4). Setiap 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat, diperkirakan pada 2020, sampah yang dihasilkan sekitar 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun. Hal tersebut berarti, Indonesia akan mengemisikan gas metana ke atmosfer sebesar 9.500 ton. Jika tidak mengambil tindakan menguranginya,UNEP (United Nations Environment Programen) diperkirakan akan terjadi kekurangan air di timur tengah, hilangnya delta sungai Nil, pencairan es disertai tanah longsor dan masih banyak lagi. (sumber : http://www.depok.go.id/21/03/2010/himbauan-pemerintah-kota-depok/adipura-dan-sampah)
SOLUSI untuk masalah ini :
a.    PREVENTIF
Untuk mencegah sebelum terjadinya pencemaran udara, sampah sebaiknya dibuang ke TPA. Dan di TPA, sampah-sampah tersebut diolah kembali menjadi barang-barang yang bermanfaat dan dapat digunakan kembali.

b.    KURATIF
Bila udara kita sudah tercemar, kita dapat menanganinya dengan cara mengurangi banyaknya pembakaran sampah yang tidak teratur. Dan jika memang ada sampah yang harus dibakar, sebaiknya dibakar pada pagi atau siang hari karena asap dari pembakaran sampah dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis.

c.    REHABILITATIF
Cara penanggulangannya adalah membuat tempat khusus pembakaran sampah, sehingga tidak terjadi pembakaran sampah yang tidak teratur dan disembarangan tempat.
d.    PROMOTIF
Bila pencemaran udara kita sudah berkurang, kita dapat lebih menguranginya lagi dengan cara lebih banyak menanam tumbuh-tumbuhan agar sisa-sisa asap pembakaran sampah dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar